SUPLEMEN QOLBU oleh Muzaki Ruthab
Selama ini kesan saya banyak dari kita salah memaknai kata sabar. Kita cenderung memahami sabar dalam makna yang pasif. Bahkan kata sabar kita gunakan sebagai obat pelipur lara ketika mengalami kelemahan, kegagalan dan kekalahan. Padahal kata sabar semestinya kita maknai dalam pengertian yang dinamis.
Kata sabar berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata _"sobaro-yasbiru"_, yang artinya menahan. Sedangkan secara istilah, sabar adalah menahan diri dari segala macam bentuk kesulitan, kesedihan, penderitaan atau menahan diri dalam menghadapi segala sesuatu yang tidak disukai dan dibenci.
Adapun sabar secara lebih luas adalah menahanan diri agar tidak meninggalkan nilai-nilai kebenaran, tidak terprovokasi (mudah marah), berkeluh kesah, benci, dendam, pesimis apalagi berputus asa, dan melatih diri dalam ketaatan dan membentengi diri agar tidak melakukan perbuatan keji dan maksiat.
Firman Allah Swt :
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
_"Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar."_ (QS. Ali Imraan : 146)
Kesabaran tidak semata-mata pasrah total terhadap segala keadaan yang menimpanya; hanya orang bodoh saja yang berbuat seperti ini. Kesabaran harus datang dengan pengetahuan tentang penyebab dari suatu situasi itu, dan langkah-langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi akibat negatif dari situasi tersebut. Ini akan menghasilkan keadilan dan keseimbangan.
Sabar dan shalat menghubungkan seseorang dengan kasih sayang tak berbatas yang membuat kaum mukmin menjadi lebih menyadari bahwa Allah memang bersama orang-orang yang sabar.
Ini artinya, orang yang beriman adalah yang komitmen mengikuti firman Allah Swt, benar-benar waspada, serta di saat yang sama, mampu melakukan tindakan yang tepat ketika diperlukan.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ ۚ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ ۚ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
_"Hai sang Nabi (Muhammad Saw), kobarkanlah semangat orang-orang beriman untuk berani maju berperang. Jika kalian berjumlah 20 orang sabar, akan bisa mengalahkan 200 orang kafir. Jika diantara kalian berjumlah 100 orang penyabar, kalian akan dapat mengalahkan 1000 orang kafir. Karena sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak cerdas"._ (QS. Al-Anfal 65)
Ayat tersebut mengisyaratkan agar kita :
1. Mengetahui bahwa Allah Swt memberikan jaminan kemenangan atas orang-orang yang beriman jika berperang melawan orang-orang kafir. Bahkan seorang Mu'min yang sabar bisa mengalahkan 10 orang, 20 orang bisa mengalahkan 200 orang, 100 orang bisa mengalahkan 1000 dst.
2. Agar kita memahami dan menghayati pentingnya memotivasi umat Islam untuk bersikap ksatria pejuang dan tidak takut terhadap peperangan menghadapi orang-orang kafir yang memusuhi Islam.
3. Agar kita memiliki sikap mental pejuang dan tidak takut berperang, karena Allah Swt menjamin kesuksesan umat Islam dalam peperangan. Dengan catatan yakin kepada Allah, solid dalam ukhuwah, patuh dan memiliki komando.
_Allahu waliyyut-taufiq wahuwa a'lamu bish-showab_
11 Shafar 1442. H
Penulis, Muzaki Ruthab
Dirilis ulang oleh ;
Iyan supyan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar